Diusahakannya Hal itu, meskipun Tergolong Cukup Sulit Mencapainya.
Ilustrasi oleh pexels.com
Saat dia mengatakan bahwa ada hal-hal di dunia terkategorikan sulit, aku termangu. Manusia menggambar garis batas dalam tiap hal di dunia ini, serta harus dipisahkan dan memiliki kelompok masing-masing: meng-kotak-kotak-kan tiap hal, entah itu nama benda, sifat, kata kerja, dan hal lainnya yang mengikuti.
Kategori dalam memisahkan suatu hal tersebut harus sesuai dengan kondisi dan situasi yang terjadi. Rinka yang duduk di lincak, mulai menjelaskan bahwa dia memisahkan tiap hal berdasarkan: mudah, medium, sulit.
“Lihat, ya, caraku membagi hal-hal ini. Kategori mudah antara lain: beribadah sekaligus meminta doa, mengkhayal, dan melewah pikir. Kategori medium: makan, minum, bergerak, berekspresi, dan bersenandung. Kategori sulit: bercengkrama, bercakap-cakap, menumpahkan perasaan, bercermin, dan mengangkat benda yang bobotnya >19kg.”
“Kenapa kau terobsesi mengelompokkan tiap hal? Padahal tiap hari kau kelihatannya mengerjakan suatu hal itu biasa saja?” tanyaku penasaran.
“Aku baru membeberkan hal ini karena ada orang lain mencoba mendekati & ingin menjalin hubungan denganku, selain dirimu. Apakah kau tidak bingit?” tukasnya.
“Tunggu dulu. ‘Bingit' itu apa? Semacam benda kah?” Tanyaku naif.
“Kau ini tetap sama saja bambungnya dari dulu sampai sekarang, ya. 'Bingit' artinya iri hati. Mengingat orang lain itu mulai mencoba mendekatiku, akhirnya aku harus membuat sebuah pergerakan, perbedaannya adalah kau kuberitahu, dia tidak ku beritahu.”
Ubun-ubun kepalaku sudah panas ketika dia mulai membual tak jelas. Aku tak peduli siapa orang lain yang mencoba mendekati Rinka. Aku melewah pikir perihal Rinka memilih beribadah sebagai kelompok 'mudah' untuk dikerjakan.
Rinka yang terjeda berbicara, mulai memeriksa gawainya yang dia gapai dari tas selempang hitam mungilnya, membaca tulisan pesan yang hanya bisa ku lihat dari pantulan bayangan di matanya samar-samar, lalu Rinka beranjak sambil berkata bahwa dia akan pergi ke wese.
Di bawah mata lampu yang remang dan malam semakin menusuk, aku masih terjaga dan tetap menyaksikan lamat-lamat permukaan laut tergulung-gulung akibat embusan angin monsun musim dingin.
Aku terus merasakan kehadiran Rinka meskipun saat ini dia telah bersama orang lain: menandakan bahwa dia semakin dekat dengan apa yang dia ingin capai.
Aku berusaha mewujudkannya tapi sangat sulit karena banyak hal, tak ada yang perlu dikhawatirkan meskipun itu Rinka telah bersama orang lain.
Jauh di sudut mataku, Rinka dan orang lain tersebut semakin akrab dan intim, sambil sungging senyumnya yang samar dilihat, menandakan tingkat kesulitannya semakin tinggi, menjuruskan bahwa usahaku perlu ditingkatkan atau sekali berhenti penuh nir-aba-aba.