Hal-hal Apa yang Harus Kuceritakan Padamu?
Ilustrasi oleh LateNightToughts
Dingin, masih hujan di luar. Ponselku masih memutarkan musik lo-fi, tiba-tiba berhenti ketika pesanmu masuk.
“Kau sibuk hari ini?”
Seharusnya aku yang bertanya begitu padamu. Aku bisa mengiyakannya, lalu kita bertemu di sebuah kafe tempat kita pertama kali bertemu waktu itu setelah hujan kembali gerimis dan membahas banyak hal. Kau suka sekali membahas banyak hal.
Aku ingat sekali waktu itu kita pertama kali bertemu. Rambutmu yang sedikit basah ketika hujan baru saja usai terurai ke belakang, Dandanan di wajahmu yang mulai luntur terkena air, dan warna merah muda manis di bibirmu yang masih bertahan terhadap hujan di luar. Kau berhenti di hadapanku dan kau langsung duduk di kursi yang berseberangan dengan tempatku duduk sembari tersenyum.
Kau mengajakku berkenalan setelah kau memesan teh hangat tanpa gula ke pramusaji. Hening sekejap, rintik hujan masih terdengar tatkala ponselmu tiba-tiba berbunyi. Aku tahu ada laki-laki di ujung sana sedang meneleponmu. Kau memilih mematikannya dan mulai mengajakku berbicara perihal identitas dirimu; hobimu, pekerjaanmu, dan hal-hal yang kausukai.
Aku tersenyum sembari kau bertanya perihal yang sama tentang diriku; hobiku, pekerjaanku, dan hal-hal yang kusukai. Aku menjawabnya dengan senang dan sedikit candaan. Aku paling senang pas kau tertawa. Tetapi, tawamu harus berhenti ketika telepon itu masuk lagi. Kau mengangkatnya dan berbicara ke ujung sana hanya sepersekian detik dengan nada tinggi sebelum kau mematikan teleponnya.
Aku tahu itu laki-laki di ujung sana, Aku tahu. Percakapan kita belum usai, kau langsung meminta nomor teleponku setelah lima menit kemudian kau pergi begitu saja dari hadapanku.
Aku belum membalas pesanmu. Aku tahu kau masih ingin membahas banyak hal setelah dari kafe waktu itu: perihal hidup, musik apa yang kau dan aku suka dengarkan, binatang peliharaan kita, novel dan puisi favorit kita, dan jangan lupa pasangan kita masing-masing.
Aku mau membahas itu denganmu semuanya. Aku punya kucing yang baru saja melahirkan tiga ekor, aku menyukai Novel ‘Norwegian Wood’-nya Haruki Murakami dan Puisi-Puisi Fernando Pessoa. Aku mau membahas itu kalau aku mau. Aku tinggal mengiyakan pesanmu yang masuk lima menit yang lalu.
Aku bisa menceritakanmu hal-hal apapun itu padamu, sangat banyak. Bahkan kita bisa dinobatkan menjadi percakapan paling mengasyikkan di dunia sebentar lagi kalau kita bertemu kalau aku mengiyakan pesanmu yang masuk lima menit yang lalu.
Aku masih menatap pesanmu yang masuk di ponselku lamat-lamat.
“Kau sibuk hari ini?”
Akhirnya aku pilih untuk membalas pesanmu
“Ya, maaf, aku sibuk.”
Masih hujan di luar sana. Aku kembali memutar musik lo-fi di ponselku. Mataku sayup-sayup, aku mulai rebahan.
Aku ingin tidur. Dalam tidur, Aku sibuk memimpikan Aku dan kau membahas hal-hal yang paling mengasyikkan di dunia tanpa ada bunyi ponselmu berdering sebab ada laki-laki di ujung sana sedang meneleponmu.
Kita masih bercakap banyak hal-hal yang paling mengasyikkan di dunia dalam mimpiku. Masih hujan di luar, musik lo-fi masih berputar di ponselku.
Di ujung percakapan, ponselku mati. Hujan telah usai di luar sana. Hal-hal apa yang harus kuceritakan padamu lagi?