Mari Lihat Bagaimana Fitnah Bekerja.

Abrar
3 min readJun 30, 2019

Ilustrasi oleh Madeline Darr

Sangat mudah melihat bagaimana kau dibentuk oleh lingkungan sosial di sekitarmu. Itu semua tergantung dari mana kau mau memulai dan bagaimana kau mengakhiri kariermu sebagai manusia. Sekarang mari kita mulai, mari kita lihat bagaimana fitnah bekerja.

Lihatlah dirimu terlebih dahulu. Apakah kau percaya bahwa kau lahir betul-betul sebagai namamu sendiri? Pernah berpikir bahwa dunia memfitnahmu sebagai namamu yang lain? Pernah pastinya kau berharap kau punya nama yang lebih keren, yang lebih pantas menggambarkan dirimu seutuhnya. Setidaknya kau bisa menyadari dirimu setelah kau membaca tulisan ini. Dunia terlalu kompleks untuk menganggapmu sebagai dirimu sendiri.

Apakah ayah dan ibumu secara tidak langsung memfitnahmu sebagai anaknya? Bisa jadi ayah dan ibumu memfitnahmu agar kau percaya sebagai anak mereka dan kau merasa tenang-tenang saja sembari melihat foto-foto masa kecilmu padahal kau memang terlahir seperti Adam yang langsung tercipta tanpa proses pertemuan sel sperma dan sel ovum. Sungguh nyatanya orang tuamu tidak pernah berbohong kepadamu, tapi bisa saja mereka memfitnahmu kepada lingkungan sosial agar kau tetap bisa hidup di dunia ini dalam keadaan baik-baik saja.

Kita beri jeda dulu untuk sesaat sebelum kau memasuki usia 20 tahun. Kau pasti dipenuhi oleh rasa bergelora yang ada dalam tubuhmu; rasa ingin memiliki kekasih, rasa ingin memiliki pekerjaan tetap, rasa ingin terkenal, dan rasa-rasa lainnya. Aku pernah membaca salah satu doa yang selalu dibaca oleh temanku, bunyinya kurang lebih seperti ini

“Ya Tuhan, Aku berlindung padamu dari fitnah hidup dan mati. Ya Tuhan, Aku berlindung padamu dari fitnah perempuan. Amin”

Doa yang bagus untuk membuat fitnah marah dan lebih mempercepat kerjanya.

Demi Tuhan dan apapun yang harus di-demi-demi-kan, doa itu mujarab juga. Hidupnya lancar-lancar saja, tidak menyedihkan, tidak pula hidup dalam kegembiraan.

Sementara aku sendiri malah sebaliknya. Penuh dengan fitnah dan tidak bisa dihentikan meskipun sudah diberi klarifikasi berkali-kali. Di sini aku akan jabarkan tiga jenis fitnah yang lebih kejam daripada menunggu selesainya ban motormu ditambal.

  1. Paling parah adalah fitnah perempuan. Ku tempatkan di urutan pertama. Saat kau merasa kau adalah manusia yang paling bebas dengan tidak memiliki hubungan dengan perempuan di sekelilingmu, yakinlah bahwa di saat itulah fitnah sedang menyala-menyala dan berapi-api dari satu mulut ke mulut yang lain agar di saat kau mulai tidur di malam hari setelah difitnah, kau akan memimpikan siapa yang akan memfitnahmu. Konon katanya jodohmu akan diatur oleh kadar takdir fitnahmu sendiri.
  2. Ada hubungan yang sangat kuat antara fitnah hidup-mati dengan aplikasi media sosial. Malah kau harus disuruh daftar menjadi peserta fitnah dan punya akun fitnah sendiri. Sebuah dunia fitnah yang fana di mana orang-orang saling berkomentar di tiap satu postingan fitnah dan pastinya fitnah sudah mengatur kadar takdir tiap akun fitnah di aplikasi sosial media. Pilih antara kau yang memfitnah, atau kau yang akan difitnah. Komplikasi dari fitnah adalah mati. Tetapi mati dalam keadaan fitnah bukan sebuah saran dari penulis.
  3. Fitnah yang terakhir bisa dibilang fitnah perilaku. Lebih tepatnya fitnah etika. Fitnah ini sebenarnya fitnah dengan kadar fitnah paling rendah. Prognosis yang dubia, bisa sembuh asalkan rutin konsultasi ke tabib fitnah tiap akhir pekan. Tetapi tabib fitnah yang bisa meracik obat fitnah etika mulai berkurang karena tabib fitnah biasanya mati dalam keadaan tragis dikarenakan terkena efek samping dari pengobatan itu sendiri. Aku pernah mendengar fitnah etika bisa sembuh apabila kau bisa berubah menjadi penjilat dan penggombal kepada orang tempat kau terkena fitnah etika.

Dari tiga jenis fitnah, maka nikmat fitnah manakah yang kau dustakan? Atau pernah mengalami fitnah lebih kejam daripada menunggu selesainya ban motormu ditambal? Mari lihat bagaimana fitnah bekerja terhadapmu. Saran dari penulis untuk menghambat fitnah bekerja di sekelilingmu; banyak-banyak berdoa seperti doa temanku di sela-sela tulisan ini.

--

--

No responses yet