Ilustrasi oleh pexels.com
Aku berjalan melintasi jalan setapak, sekitar pukul 4 pagi pada Minggu subuh.
Aku menyaksikan penjual sayur yang sibuk merapikan sayur-sayurannya, lalu tiba-tiba beberapa tomat tumpah ketika plastiknya robek akibat tergores ujung gerobak yang lumayan tajam. Penjual tersebut mengambil tomat yang tumpah, lalu mengumpulkannya kembali dalam sebuah kantong kresek baru.
Di sisi lain, penjual lain barusan menurunkan boks gabus besar berwarna putih kekuningan. Penjualnya mengeluarkan cumi-cumi, udang, dan berbagai macam ikan dari dalam boks itu, lalu meletakkannya semua di atas dipan berlapis kain spanduk bekas. Semuanya tampak segar di bawah temaram petromaks. Akibat lampunya juga, lalat-lalat mulai banyak berdatangan. Si penjual mulai menepuk udara sekitar lalat beterbangan dengan tongkat bekas sapu yang patah dan di ujungnya ditambahkan plastik bekas yg sudah direnda.
Aku sudah setengah menempuh jalan setapak itu.
Penjual lainnya mulai datang menyusul.
Kali ini penjual ayam potong yang barusan selesai mengasah pisaunya. Si penjual mencoba pisaunya dengan memotong tali yang mengikat bagian atas ember agar bisa membuka penutup ember tersebut. Ia mulai mengeluarkan ayam utuh berwarna putih pucat kemerahan tanpa bulu & tanpa kepala. Dengan perlahan, ia mulai memotong secara cermat dan sudah mulai tidak memperhatikanku lagi.
Terakhir ada penjual kue yang sudah siap mulai menata kue jualannya: barongko, songkolo, panada, pisang goreng, kue bolu, risoles, dan lainnya. Dia tampak sangat fokus dan tidak memedulikanku yang sejak tadi terdiam di pinggir jalan setapak ini.
Di akhir jalan setapak ini, aku kembali menatap kembali para penjual sebelum berbelok menuju jalan berikutnya.